Jumat, 16 Maret 2012
River Of Longing, terdengar asing ? Seenggaknya gak begitu asing menurut gw, salah satu masterpiece dari The Retina's Eye alisa Jason Becker ini kayaknya jd titik awal mula gw suka sama gitaris yg satu ini, selain gaya bermain sama cerita tragisnya yg mengharukan. Gw prtama kali denger lagu ini wktu gw ranking 1 dikelas :D (gunakan ejaan bahasa arab) , smpat down, fallsoul, even sate can't reduce it, gw tiba disaat fkiran gw kosong melompong ibarat otak patrick bertekstur sponge, keropos, gkgkgk tibalah seonggok suara gitar bernada semprul keluar dari onggokan kedua alm speaker kompi, :p kalo pengen dnger lagunya download aja di website tetangga ya.. Atau ini aja ( dc368.4shared.com/img/978446606/e7f833b8/dlink__2Fdownload_2FgZrcTH7m_3Ftsid_3D20120316-71006-5389d410/preview.mp3 ) Oke balik ke materi lagu, kalo gw liat konsep lagu ini pas opening itu hampir2 mirip sama Jasin Street atau Black Stallion, lagu Jason jg, tapi bedanya black stallion&jasin street itu dia buat mnurut petikan penuh tanpa hard sweep atau yg lainnya, kalo River Of longing kamu bisa denger dia ngasih ksempatan buat nunjukin kelas speednya, gw jd inget peliharaan gw wktu sd , apa ini *plak -,- Nah gw pikir ini salah satu lagu instrumental yg most soul-ly, almost perfect, di awal gw sneng banget sama efek yg dia gunain, satu catatan gw smpet nangis dnger lagu ini, bukan nangis bneran jg sih -___-a ya seenggaknya berkaca kaca, yap ! Berkaca kaca, Dnger aja di awal mula dia ngasih melodi, wuih memorable abis ! Rasanya kayak kita kembali inget 10 tahun lalu yg udh kita gunain bersia sia ria, disaat itu gw mulai watering, gkgk best part lah, tp ga menutup kmungkinan jg yg lainnya gak sbagus bagian tadi, ga ada winner kan kalo ga ada looser, salah satu konsep yin and yang yg ga banyak org tau dan fahami.. :cool: Mulai ke menit menit selanjutnya musik ini makin memberikan gairah semangatnya, infuence bagi pendengar motivasi utk penyimak dan sentuhan hati bagi penikmatnya dng klimaks yg aman dan agaka antik ditutup tone awal makin menegaskan bahwa lagu ini mendekati sempurna (in my humbe opinion) jadi, bagi anda yg ditengah malam yg suntuk ini daripada menyedekahkan diri untuk ditakut takutin pocong mendingan donwload dan nikmati lagu ini, tp setelah shalat ya biar efeknya makin kerasa, haha tp jangan terlalu melebih lebihkan jg, ntar yg ada kita jd ngeremehin lagu ini, dan ingat kita harus jeli nangkep nada yg ada yg, bukan hanya lyric dlm lagu yg berfungsi sbg konduktor hasil pemikiran seorang pemusik, coba sesuaikan nada dlm lagu dng nada kita berbicara. Selamat ber-becker ria !! Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Diposting oleh The Stallion is My Pick di 11.17 Label: some tunesRabu, 09 November 2011
Jason Becker, Dewa Gitar yang Cacat
Diposting oleh The Stallion is My Pick di 01.05 Label: Guitarist Michael Angelo Batio : "I can play two guitar at the same time"
Jason Becker : "I can play guitar only with my eyes"
Jason Becker (lahir 22 Juli 1969) adalah gitaris metal neo-klasik Amerika. Pada umur 16 dia telah menjadi bagian dari duo Cacophony yang diproduseri oleh Mike Varney bersama temannya Marty Friedman. Bersama mereka telah merilis Speed Metal Symphony (1987) dan Go Off! (1988), yang akhirnya membuat mereka terkenal karena memiliki teknik kelas dunia.
Gaya Permainan
Sebagaimana kebanyakan gitaris neo-klasikal, Beker mempelajari kaya pebiola Virtuoso1 Nicolò Paganini2. Dia kemudian menggubah interpretasi dari Paganini's 5th Caprice dan memainkannya pada instructional guitar video-nya. Becker dikenal dengan kemampuannya untuk bermain gitar dengan sangat cepat. Meski demikian, dia banyak dipuji karena kemampuannya untuk fokus pada pembentukan melodi, tidak hanya kemampuan teknis. Lagu Serrana, yang muncul dalam Perspective (album), adalah karya yang didasarkan pada arpeggio yang menunjukkan penguasaannya terhadap sweep-picking3.
Musikalitas Jason tumbuh saat bermain bersama with Marty Friedman. Dia banyak menulis lagu bersama Marty Friedman, sense of melodynya banyak dipengaruhi oleh Marty Friedman dan sangat terpacu untuk mencapai teknik gitar yang lebih tinggi lagi. Barisan harmonisasi melodi mereka menjadi trademark mereka hingga saat ini.
Jason dan Marty melakukan tur bersama dengan Cacophony di Jepang dan Amerika Serikat, dan pada tahun 1989 Jason meninggalkan Cacophony untuk mengejar karir solonya, dan merilis album solo pertamanya yang berjudul Perpetual Burn di tahun 1988.
ALS4
Pada umur 20, Jason bergabung dengan David Lee Roth's band, yang dianggap merupakan excellent gig buat gitaris pendatang baru (gitaris yang digantikan adalah Steve Vai). Pada saat merekam album A Little Ain't Enough dan mempersiapkan turnya, Jason mulai merasa pincang di kaki kirinya. Kemudian dia didiagnosa menderita Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS - atau Lou Gehrig's Disease) dan divonis bahwa hidupnya tinggal lima tahun lagi. Dia hampir tidak dapat menyelesaikan rekaman dengan menggunakan low-gauge (thin) guitar strings (gitar dengan senar tipis) , yang digunakan untuk mempermudah bermain gitar dengan tangan yang semakin melemah (pada saat ini tidak ada yang mengetahui penyakitnya kecuali temannya, Steve Hunter. Meskipun pada akhirnya dia bias menyelesaikan album tersebut (yang akhirnya mendapat gold), dia terpaksa tidak dapat melakukakn tur karena ketidakmampuannya bermain di atas panggung.
Perspective dan The Berry Jams
Pada tahun 1996 Becker merilis sebuah album berjudul Perspective, sebuah album instrumentalia yang diciptakannya (kecuali lagu Bob Dylan Meet me in the morning yang dimunculkan pada track terakhir). Penciptaan musik rekaman tersebut telah dimulai sebelum ALS melumpuhkan kemampuannya bermain. Dengan menggunakan gitar dan sebuah keyboard pada saat dia tidak dapat menggerakkan kedua tangannya, dia terus menciptakan saat penyakitnya memburuk. Meski demikian, ketika Becker tidak dapat lagi bermain keuboard secara fisik, teman dan produser musik Mike Bemesderfer membantunya dengan music-composing computer program yang dapat mebaca gerakan kepalanya. Hal ini mebuat Becker mampu terus berkarya meskipun dia sudah kehilangan kendali atas seluruh tubuhnya.
Akhirnya dia kehilangan kemampuannya untuk berbicara (karena dia tidak bisa menggerakkan mulutnya) dan berkomunikasi dengan menggunakan matanya melalui sebuah sistem yang dikembangkan oleh keluarganya. Meskipun ALS secara bertahap merenggut kemampuannya untuk bermain gitar, berjalan, dan akhirnya berbicara, secara mental dia tetap sehat dan melalui bantuan computer dia terus berkarya. Di bagian belakang kotak CD Perspective, Jason mengatakan "Aku mempunyai Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS atau Lou Gehrig's Disease), yang membuat tubuhku cacat dan membuatku tidak dapat berbicara, tapi tidak pikiranku". Dalam usian 30an, kondisi medisnya tetap stabil sejak 1997, yang sangat jarang terjadi pada ALS.
Beberapa tahun kemudian Becker merilis Raspberry Jams (1999) dan Blackberry Jams (2003), yang pertama berisi berbagai demo-tracks yang tidak dirilis dam yang kedua berisi demo-tracks, yang kemudian dikerjakan ulang dan diterbitkan dalam album lain.
Dua album tribut telah dikeluarkan untuk Jason Becker, yang berisi banyak gitaris yang memainkan lagu-lagunya. Keuntungan dari labum tersebut digunakan untu membantu Jason Becker dengan penyakitnya.
Prospek Masa Depan
Jason dan temannya, aktor Matt Schulze berencana membuat film tentang hidupnya, sementara berjudul Mr. Tambourine Man. Menurut situs resmi Jason, Fender and Charvel akan membuat gitar untuk film tersebut dan berencana untuk merilis sebagian diantaranya untuk umum.
Shrapnel records akan merilis album "Best of Jason Becker". Album ini akan menampilkan lagu baru yang diciptakan Jason dan Greg Howe & Steve Hunter pada gitar, dan juga lagu-lagu lama yang belum dirilis.
Diskografi
Solo
- Perpetual Burn (1988)
- Perspective (1996)
- The Raspberry Jams (1999)
- The Blackberry Jams (2003)
Cacophony
- Speed Metal Symphony (1987)
- Go Off! (1988)
David Lee Roth
A Little Ain't Enough (1991) Senin, 15 Agustus 2011
With his astonishingly accomplished guitar playing, Stevie Ray Vaughan ignited the blues revival of the '80s. Vaughan drew equally from bluesmen like Albert King, Buddy Guy, and Albert Collins and rock & roll players like Jimi Hendrix and Lonnie Mack, as well as jazz guitarists like Kenny Burrell and Wes Montgomery, developing a uniquely eclectic and fiery style that sounded like no other guitarist, regardless of genre. Vaughan bridged the gap between blues and rock like no other artist had since the late '60s. From 1983 to 1990 Stevie Ray was the leading light in American blues, consistently selling out concerts while his albums regularly went gold. His tragic death in 1990 at age 35 cut short a brilliant career in blues and American rock & roll just as he was on the brink of superstardom.
Born and raised in Dallas, Vaughan began playing guitar at age 7, inspired by older brother Jimmie. By age 12 he was playing in garage bands, and within a few years he joined semi-professional bands that occasionally landed gigs in local nightclubs. At 17 he dropped out of high school to concentrate on playing music. In 1970 Stevie was playing in a nine-piece horn band and then formed his first blues band, Blackbird, a year later. Blackbird moved to Austin and after a few more stints in various bands Vaughan joined Paul Ray and the Cobras in 1975. The Cobras were Austin’s Band of the Year in 1976. After paying his dues as a sideman Stevie formed Triple Threat Revue in 1977. Triple Threat also featured bassist W.C. Clark, and vocalist Lou Ann Barton. Barton left the band in 1979 and the group became Double Trouble, the name inspired by the Otis Rush song. Double Trouble featured Jack Newhouse on bass, Chris Layton on drums and Vaughan became the band's lead singer. In 1981 Tommy Shannon joined on bass and the power trio was set.
Through the early 1980s Stevie Ray Vaughan and Double Trouble played the Texas club circuit, becoming one of the most popular bands in the area. In 1982 the band played the Montreux Jazz Festival and their performance caught the attention of David Bowie and Jackson Browne. After Double Trouble's performance, Bowie asked Vaughan to play on his forthcoming album, Let’s Dance, which, with Stevie’s lead guitar on six of the eight songs, became Bowie’s best selling record to date. After an after-hours jam in the artists’ bar Jackson Browne offered the group free recording time at his Downtown Studio in Los Angeles. Shortly afterward, legendary producerJohn Hammond landed Vaughan and Double Trouble a record contract with Epic, and the band recorded its debut album in two days over the Thanksgiving weekend at Downtown Studios.
Vaughan's debut album, Texas Flood, was released in the summer of 1983, a few months after Bowie's Let's Dance appeared. Publicity over Stevie’s management pulling him from Bowie’s 1983 world tour in order to support Vaughan’s own record earned him quite a bit of attention, but Texas Flood was a blockbuster blues success; receiving positive reviews in both blues and rock publications, reaching number 38 on the charts, and crossing over to album rock radio stations. Vaughan and Double Trouble set off on a successful tour and quickly recorded their second album, Couldn't Stand the Weather, which was released in May of 1984. The album was more successful than its predecessor, reaching number 31 on the charts; by the end of 1985, the album went gold. Double Trouble added keyboardist Reese Wynans in 1985, before they recorded their third album, Soul to Soul. The record was released in September 1985 and was also quite successful, reaching number 34 on the charts.
Although his professional career was soaring, Vaughan was sinking deep into alcoholism and drug addiction. Despite his declining health, Vaughan continued to push himself to the point of collapse in Germany in late September 1986. Almost three weeks of the European tour were cancelled while Vaughan successfully rehabilitated back in the States. The band released the double live album Live Alive in November of 1986 and launched an extensive American tour in support. Although the band’s touring schedule slackened slightly, Vaughan performed many concerts in 1988, including opening for the Robert Plant tour, a headlining gig at the New Orleans Jazz & Heritage Festival, a European tour and he still found time to record his fourth album. The resulting record, In Step, appeared in June of 1989, peaking at number 33 on the charts, earning a Grammy for Best Contemporary Blues Recording, and going gold just over six months after its release.
In the spring of 1990 Stevie Ray recorded an album with his brother Jimmie, which was scheduled for release in the fall of the year. In the late summer of 1990, Vaughan and Double Trouble set out on an American headlining tour. On August 26, 1990, their East Troy, WI, gig concluded with an encore jam featuring guitarists Eric Clapton, Buddy Guy, Stevie Ray Vaughan, Jimmie Vaughan, and Robert Cray. After the concert, Stevie Ray boarded a helicopter bound for Chicago. Minutes after its 12:50 a.m. takeoff, the helicopter crashed, killing Vaughan and the other four passengers. He was only 35 years old.
Family Style, the Vaughan Brothers album was released in September and entered the charts at number seven. Family Style began a series of posthumous releases that were as popular as the albums Vaughan released during his lifetime. The Sky Is Crying, a collection of studio outtakes compiled by Jimmie, was released in October of 1991; it entered the charts at number ten and went platinum three months after its release. In the Beginning, a recording of a Double Trouble concert in 1980, was released in the fall of 1992 and the compilation Greatest Hits was released in 1995. In 1999, Vaughan's original albums were remastered and reissued, with The Real Deal: Greatest Hits, Vol. 2 also appearing that year. 2000 saw the release of the four-disc box SRV, which concentrated heavily on outtakes, live performances, and rarities.
Craig Hopkins, author of Stevie Ray Vaughan: Day By Day, Night After Night, contributed to this article.
Video :
Selasa, 05 Oktober 2010
Yngwie Malmsteen lahir di Stockholm, Swedia, pada tanggal 30 Juni 1963। Saat ini, dia dikenal sebagai pemain gitar yang memiliki kemampuan luar biasa। Dua puluh tahun lalu ketika ia masih muda, kepiawaiannya berimprovisasi gitar telah mengesankan para rockers mania di seluruh dunia. Dalam sejarah musik rock, kita tahu nama-nama seperti Jimi Hendrix, Ritchie Blackmore (yang urakan Dari Deep Purple), Joe Satriani, Steve Vai, Eddie Van Halen atau Eric Clapton dan Santana. Mereka semua telah menjadi senior yang sudah melegenda dalam setiap permainannya. Yngwie Malmsteen dapat memperdalam kemampuan bermainnya sehingga banyak senior yang menganggapnya sejajar dengan mereka. Malmsteen adalah sebuah fenomena tersendiri, jadi tidak berlebihan dalam dua dekade terakhir ini, dia didominasikan sebagai soloist gitar yang sangat berbakat.
Ketika ia masih berusia 20 tahun, ia mengejutkan dunia dengan teknik permainan yang luar biasa, sebagai orang penganut aliran neo-Kelas merdu rock. Ini dapat dirasakan dalam album perdananya “Yngwie J. Malmsteen’s Rising Force” 1984 ketika baru berusia 21 tahun. Dan ketika itu debut pertamanya dimulai.
Ketika ia masih berusia 20 tahun, ia mengejutkan dunia dengan teknik permainan yang luar biasa, sebagai orang penganut aliran neo-Kelas merdu rock. Ini dapat dirasakan dalam album perdananya “Yngwie J. Malmsteen’s Rising Force” 1984 ketika baru berusia 21 tahun. Dan ketika itu debut pertamanya dimulai.
Minatnya kepada dunia gitar dan musik dimulai ketika ia sedang menonton acara TV, yang menyiarkan konser Jimi Hendrix beberapa waktu setelah kematian sang maestro. Malmsteen baru berusia 7 tahun dengan keliarannya dia sangat terpukau ketika melihat Hendrix di atas panggung . Satu hal yang sangat berbekas di kepala bila Malmsteen melihat aksi Hendrix saat pembakaran dan penghancuran gitarnya di panggung. Malmsteen Sejak itu tertarik bermain gitar. Pada hari Hendrix meninggal, ketika itu juga seorang cikal bakal sang maestro gitar selanjutna akan muncul.
Kapitalisasi keingintahuan sekaligus kegigihan luar biasa untuk bereksperimen dengan jenis Mosrite gitar dan kemudian melanjutkan dengan versi yang lebih murah Stratocaster, Malmsteen mentransformasi dirinya sebagai Blackmore.Dia juga tertarik untuk belajar musik klasik karya Bach, Vivaldi, Mozart dan Beethoven. Rupanya struktur musik klasik sangat berguna bagi orang untuk menemukan inovasi dalam bermain gitar. Jangan salah, ketika Malmsteen yang baru berusia 10 tahun. Ibu-ibu dan saudara perempuan dari standar flute memainkan peran penting dalam keberhasilan mengendalikan tehnik gitar Yngwie Malmsteen dalam waktu singkat.
Malmsteen terpesona ketika menonton konser pemain biola asal Rusia, Gideon Kremer. Ini memberikan pengaruh yang sangat besar untuk Malmsteen, ia ingin menggabungkan pengetahuan tentang musik klasik dengan kemampuan untuk bermain gitar dan bagaimana untuk meningkatkan kharisma bagi penonton. Pada usia ke 15, dia telah diakui dunia khususnya permainan gitarnya dan dibuat sebagai merek dagang. . Kemudian ia sempat bermain di beberapa band dan dalam setiap kesempatan ia selalu envisioned menjelajahi berimprovisasi melalui permainan instrumental yang panjang. Pada usia 18, setelah mencoba untuk mengirim beberapa demo rekaman ke beberapa produsen dari permainan, akhirnya dia diundang untuk bermain dengan band Steeler. Beberapa saat setelah itu ia dipindahkan ke Alcatrazz, tetapi karena ia tidak envisioned merasa lebih baik jika Anda berpartisipasi dalam mengembangkan band, ia memutuskan untuk bersolo karir. Dan dia menghabiskan album pertama dengan judul “Rising Force” (sekarang dikenal sebagai kitab suci neoclassical rock). Album ini berhasil membawa Malmsteen khusus sebagai nominator Grammy sebagai “Best rock instrumental kinerja.” Tidak sampai di situ, dia juga di muncul di bagian “Best New Talent”, dan “Best Rock guitar” pada tahun selanjutnya. Sungguh luar biasa. Sejak itu nama Malmsteen sebagai guitarist membingkas permainan sebagai ‘bodoh’ performa dan membuat aliran baru “neoclassical rock.”
Telinga penggemar musik rock sebagai dijejali dengan permainan hampir dua dekade melalui album marching Keluar, trilogi, Odyssey, Live in Leningrad / Trial By Fire (video memperoleh “emas-Beli konser video” di Moskow dan Leningrad), Fire & Ice (yang diluncurkan di Jepang dan terjual lebih dari 100.000 copy hanya pada hari pertama peluncuran), The Seventh Sign, Magnum Opus, Inspiration, yang Menghadapi Animal, Alchemy, dan Attack!.
1997, Yngwie membuktikan bahwa ia tidak memenuhi syarat lebih dari yang lain gitar fenomenal adalah ketika ia berhasil Rockface karya besarnya “Concerto Suite for Electric Guitar and Orchestra dalam Eb minor, op. 1 “, sebuah karya musik klasik yang penuh dengan unsur bermain gitar listrik. Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2001, Yngwie pertama menemukan kesempatan untuk berkolaborasi dengan Jepang di Tokyo Philharmonic Orchestra. Sepanjang tahun 2002, album terjual hampir bak kacang goreng di dunia. Kemudian pada tahun 2003, ia bergabung dengan tur musik bergengsi yaitu “G3″ yang merupakan kolaborasi dari tiga maestro adalah mimpi Satriani, Vai dan Malmsteen. Dua tahun rekaman album dari wisata ini perilaku keras, baik DVD, CD atau VHS.
Pada tahun 2004, lebih Malmsteen bekerja di studio, kami melakukan perjalanan yang panjang istirahat setelah dua tahun berturut-turut. Dan ia mengeluarkan album “melepas Fury.” Dan beberapa jajak pendapat Virtuocity seperti Amazon.com dan memberikan rating “5-star” untuk karyanya. Berbagai pujian yang diterima sepanjang tahun 2004. 2005, Yngwei tidak berhenti, tepat di musim panas, ia memulai turnya berjudul “Fury World Tour” di negara-negara Irlandia dan dari sana terus pindah ke negara-negara lain di dunia ini.
Kapitalisasi keingintahuan sekaligus kegigihan luar biasa untuk bereksperimen dengan jenis Mosrite gitar dan kemudian melanjutkan dengan versi yang lebih murah Stratocaster, Malmsteen mentransformasi dirinya sebagai Blackmore.Dia juga tertarik untuk belajar musik klasik karya Bach, Vivaldi, Mozart dan Beethoven. Rupanya struktur musik klasik sangat berguna bagi orang untuk menemukan inovasi dalam bermain gitar. Jangan salah, ketika Malmsteen yang baru berusia 10 tahun. Ibu-ibu dan saudara perempuan dari standar flute memainkan peran penting dalam keberhasilan mengendalikan tehnik gitar Yngwie Malmsteen dalam waktu singkat.
Malmsteen terpesona ketika menonton konser pemain biola asal Rusia, Gideon Kremer. Ini memberikan pengaruh yang sangat besar untuk Malmsteen, ia ingin menggabungkan pengetahuan tentang musik klasik dengan kemampuan untuk bermain gitar dan bagaimana untuk meningkatkan kharisma bagi penonton. Pada usia ke 15, dia telah diakui dunia khususnya permainan gitarnya dan dibuat sebagai merek dagang. . Kemudian ia sempat bermain di beberapa band dan dalam setiap kesempatan ia selalu envisioned menjelajahi berimprovisasi melalui permainan instrumental yang panjang. Pada usia 18, setelah mencoba untuk mengirim beberapa demo rekaman ke beberapa produsen dari permainan, akhirnya dia diundang untuk bermain dengan band Steeler. Beberapa saat setelah itu ia dipindahkan ke Alcatrazz, tetapi karena ia tidak envisioned merasa lebih baik jika Anda berpartisipasi dalam mengembangkan band, ia memutuskan untuk bersolo karir. Dan dia menghabiskan album pertama dengan judul “Rising Force” (sekarang dikenal sebagai kitab suci neoclassical rock). Album ini berhasil membawa Malmsteen khusus sebagai nominator Grammy sebagai “Best rock instrumental kinerja.” Tidak sampai di situ, dia juga di muncul di bagian “Best New Talent”, dan “Best Rock guitar” pada tahun selanjutnya. Sungguh luar biasa. Sejak itu nama Malmsteen sebagai guitarist membingkas permainan sebagai ‘bodoh’ performa dan membuat aliran baru “neoclassical rock.”
Telinga penggemar musik rock sebagai dijejali dengan permainan hampir dua dekade melalui album marching Keluar, trilogi, Odyssey, Live in Leningrad / Trial By Fire (video memperoleh “emas-Beli konser video” di Moskow dan Leningrad), Fire & Ice (yang diluncurkan di Jepang dan terjual lebih dari 100.000 copy hanya pada hari pertama peluncuran), The Seventh Sign, Magnum Opus, Inspiration, yang Menghadapi Animal, Alchemy, dan Attack!.
1997, Yngwie membuktikan bahwa ia tidak memenuhi syarat lebih dari yang lain gitar fenomenal adalah ketika ia berhasil Rockface karya besarnya “Concerto Suite for Electric Guitar and Orchestra dalam Eb minor, op. 1 “, sebuah karya musik klasik yang penuh dengan unsur bermain gitar listrik. Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2001, Yngwie pertama menemukan kesempatan untuk berkolaborasi dengan Jepang di Tokyo Philharmonic Orchestra. Sepanjang tahun 2002, album terjual hampir bak kacang goreng di dunia. Kemudian pada tahun 2003, ia bergabung dengan tur musik bergengsi yaitu “G3″ yang merupakan kolaborasi dari tiga maestro adalah mimpi Satriani, Vai dan Malmsteen. Dua tahun rekaman album dari wisata ini perilaku keras, baik DVD, CD atau VHS.
Pada tahun 2004, lebih Malmsteen bekerja di studio, kami melakukan perjalanan yang panjang istirahat setelah dua tahun berturut-turut. Dan ia mengeluarkan album “melepas Fury.” Dan beberapa jajak pendapat Virtuocity seperti Amazon.com dan memberikan rating “5-star” untuk karyanya. Berbagai pujian yang diterima sepanjang tahun 2004. 2005, Yngwei tidak berhenti, tepat di musim panas, ia memulai turnya berjudul “Fury World Tour” di negara-negara Irlandia dan dari sana terus pindah ke negara-negara lain di dunia ini.
Selasa, 29 Juni 2010
Nama Lengkap : Joe Satriani
Tempat/ Tgl. Lahir : 15 Juli 1956, New york – USA
Group saat ini : Joe Satriani
Group Sebelumya : The Squares
Pengaruh : Jimi Hendrix, Ritchie Blackmore
Guitar : Ibanez JS Series
Keahlian : Tapping, Alternate Picking, dll
Joe Satriani, pertama kali belajar gitar pada umur 14 thn. Pada usia 15 thn Joe sudah mengajar gitar (selama 3 tahun) kepada beberapa muridnya yang antara lain adalah Steve Vai, Krik Hammet (Metallica) dan Larry La Londe (Primus). Dapat di bayangkan betapa tekunnya dan cepatnya Koe mendalami permainan gitarnya. Sambil mengajar di Second Hand Guitar, Berklee, Joe merilis albumnya yg pertama thn 1986 yg berjudul Not Of This Earth. Tahun berikutnya, Surfing With The Alien dirilis dan mendapatkan gold dan platinium sales.
Tahun 1989 Surfing in a Blue dream pun di rilis dan mencapai angka 750.000 keping untuk penjualannya dan masuk ke nominasi Grammy Awards. Tahun 1992 The Extremist di rilis yang juga masuk nominasi Grammy Awards dan mencapai peringkat 24 di Billboard chart. Tahun berikutnya< Time Machime (dobel CD) di rilis. Di tahun 1995 album yang berjudul Joe Satriani di rilis dan lagu My World masuk nominasi Grammy Awars. Thn 1998 Joe merilis albumnya yang ke delapan berjudul Crystal Planet. Di thn 2000 Joe merilis album Engines Of Creation, di album ini Joe melakukan eksperimen dgn rekaman menggunakan rhytm-rhytm yang dibuat di computer. Thn 2001 Joe merilis album livenya Live in San Fransisco. Selain merilis album solonya, Joe Satriani juga merupakan penggagas diadakannya G3. Bersama Steve Vai, Joe sudah beberaapa kali mengadakan konser G3 dengan dewa gitar lainnya seperti Eric Johnson (1996), Andian Leggs, Kenny wayne Shepherd dan Robert Fripp(1997), Michael Schenker dan Uli jhon Roth dgn Brian May sebagai guest star untuk show di London dan Patrick rondat di Prancis(199 8) dan John Petrucci (2001). Joe Satriani juga berpartisipasi dalam Proyek Merry Axemes-nya Stave Vai dan
Langganan:
Postingan (Atom)